2008/08/17

Kuota Penerimaan CPNS di Kota Serang Ditaksir 300 Orang



Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Serang Akhmad Benbela memastikan, tahun ini penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) akan dilakukan akhir Agustus.
“Sesuai dengan schedule di Badan Kepegawaian Nasional (BKN), pembukaannya sekitar akhir Agustus. Karena November itu sudah pengajuan permohonan Nomor Induk Pegawai (NIP),” ujar Akhmad Benbela, Rabu (6/8).
Benbela yang Selasa (5/ lalu berkoordinasi dengan BKN belum bisa memastikan jatah atau kuota CPNS untuk Kota Serang. Namun ia menaksir jatah untuk daerah yang baru setahun dimekarkan ini sebanyak 300 pegawai. “Kuota ini akan dialokasikan untuk umum karena kita belum memiliki honorer. Jadi semuanya untuk umum,” ungkapnya.
Dikatakan, perkiraan kuota ini masih di bawah permohonan yang diajukan Pemkot sebanyak 700 pegawai. “Dalam rapat di BKN kita memang belum mendapatkan kepastian tentang kuota CPNS. Kita akan terima saja jumlah yang diberikan BKN. Kalau sekitar 300 masih wajar, kecuali di bawah seratus. Nanti pada 2009 akan kita ajukan lagi,” ujarnya.
Disinggung tentang formasi calon pegawai, Benbela menyebutkan, sebagian besar akan dialokasikan untuk tenaga-tenaga yang menyentuh langsung pada pelayanan dasar, seperti tenaga kesehatan, tenaga pendidikan, serta penyuluh. “Untuk tenaga teknis juga akan dialokasikan, dalam ketentuannya sebesar 20 persen dari kuota. Kalau dikasih kuota 300, tinggal dihitung saja 20 persennya,” ungkap Banbela. (qizink)

[Puisi] Selamat Malam Pahlawan

Selamat Malam Pahlawan

aku tak mengenal

raga siapa yang kalian pahatkan di pusat kota



aku hanya merasa

pada mereka ada gelora darah

yang tak sempat kalian catat dalam lembar sejarah



kalian hanya mencipta angin

sedangkan mereka telah mengutuki debu

yang menghitamkan rupa wajah



o….

mantra apa yang kalian baca untuk langit

apakah dengan bunga dan gemerincing recehan

yang kalian sembunyikan di balik pantolan



aku mencium darah yang mengalir dari telunjuk tangan kalian

tapi darah itu tak serupa darah mereka

begitu busuk baunya…



maka tak perlu kau masuki

tempat istirahat mereka



selamat malam pahlawan



Banten, 15 Agustus 2008

2008/07/29

Vanesa Ariesca Wakili Banten di Puteri Indonesia 2008




Setelah menyingkirkan 19 kontestan lainnya, Vanesa Ariesca Setiawan dinobatkan sebagai Puteri Indonesia Banten 2008। Dan, selanjutnya, ia akan menjadi ikon pesona Banten pada ajang serupa tingkat nasional। Finalis asal Kota Tangerang ini dianggap memenuhi syarat penilaian juri yang mengacu pada kriteria 3 B, brain (kecerdasan), beauty (kecantikan), dan behaviour (perilaku), pada pemilihan yang dihelat di Swimming Pool Le Dian Hotel, Sabtu (26/7) malam.
Mahasiswi Universitas Pelita Harapan (UPH) Tangerang jurusan Hubungan Internasional semester III ini akan mewakili Banten pada ajang pemilihan Puteri Indonesia, 15 Agustus 2008 mendatang.
Menghadapi kompetisi Puteri Indonesia, Vanesa mengaku akan lebih mempersiapkan diri dari sisi mental maupun pengetahuan. Menurut wanita kelahiran 4 Maret 1989 ini, dirinya tidak lagi membawa nama Tangerang melainkan Banten.
“Saya sangat berobsesi membawa nama Banten di kancah nasional bahkan internasional yakni pada ajang Miss Universe. Banten memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan, seperti industri, pertanian, dan pariwisata,” ujar Vanesa yang ditemui usai penganugerahan mahkota Puteri Indonesia Banten yang dilakukan Puteri Indonesia Pariwisata 2007 Ika Fiyonda.
Vanesa optimis akan mampu bersaing dengan finalis lainnya dari seluruh Indonesia. “Saya akan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapinya,” terangnya.
Disinggung tentang sikap dirinya bila kemungkinan terpilih sebagai Puteri Indonesia 2008 dan mengikuti Miss Universe dengan syarat memakai bikini, Vanesa secara diplomatis menyahut, dirinya akan bersikap profesional tapi tetap menjaga budaya Banten. “Saya berasal dari Banten yang lekat dengan budaya religius. Dan saya harus mempertahankannya,” ujarnya.
Puteri Indonesia Pariwisata 2007 Ika Fiyonda menyarankan, menghadapi ajang Puteri Indonesia Vanesa dituntut lebih ramah lagi. “Karena selama karantina penilaian tetap berjalan. Vanesa harus bisa bersosialisasi dengan lingkungan hotel seperti office boy, resepsionis, dan lainnya,” pesan Ika.
Pada babak 10 besar menuju penyaringan 5 besar, Vanesa mendapat pertanyaan seputar potensi daerah. Menurut Vanesa, jika dioptimalkan potensi daerah bisa menunjang sektor perekonomian di daerah yang bersangkutan. Bertindak sebagai juri yakni Arman S. Tjitro Soebono (Ketua Yayasan Puteri Indonesia), Harry Mulyanto (Koordinator Protokoler Penyelenggaraan Puteri Indonesia), Ranta Suharta (Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banten), Eneng Nurcahyati (Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal Daerah Banten), dan Airin Rachmy Diyani (Puteri Indonesia Favorit dan Pariwisata 1996).
Pada pertanyaan lima besar, Vanesa berhasil menjawab pertanyaan dari Arman S. Tjitro Soebono seputar kerja tim dan personal. “Saya lebih menyukai kerja tim yang mengutamakan kerjasama,” ujar Vanesa.
Pada penyaringan 5 besar, Vanesa harus bersaing ketat dengan Rieka Caroline (Runner Up I), Wulan Apridita Sebastian (Runner Up II), Endah Ari Cakrawati (Harapan I), dan Ludgwina Marcellina Gard (Harapan II). Puteri lain yang meraih predikat yakni Indri Damayanti (Puteri Favorit), dan Laura Veronica (Puteri Persahabatan). Puteri Indonesia Banten berhak mendapat 1 unit Yamaha New Mio.

Pada even ini selain dihadiri Gubernur Banten Rt Atut Chosiyah, hadir pula Kapolda Banten Rumiah Kartoredjo, serta unsur Muspida Banten. Acara berlangsung mulai pukul 20.00-23.45 WIB. (qizink/lai)

2008/06/27

SEX DI ATAS KORAN


Prostitusi udah ngerambah ke mana-mana? sebuah koran yang rajin memberitakan tentang penggerebekan lokasi prostitusi oleh aparat keamanan, ternyata koran itu juga jadi tempat mangkal prostitusi। Nah loh!
Ya, sekarang orang bisa menjajakan dirinya sebagai pemuas hawa nafsu lewat koran. Beberapa hari lalu, saya membaca sebuah iklan yang bunyinya begini “LILIS 08131684xxxx, sunda, rmh, sexy, bra 36B, bisa pijat tradisional, lulur, service memuaskan, pgl htl/aprtmen.”
Iklan tersebut sekilas menawarkan jasa pijat. Tapi dengan embel-embel sexy, nomor bra, dan panggilan ke hotal, tentu saja pijak yang ditawarkan nggak sembarangan. Saking penasaran, aku mencoba menghubungi nomor telepon tersebut, dan demikianlah jawabannya.
L : Hallo
Q : Hallo, Lilis
L : ya,
Q : lagi ngapain
L : lagi nonton CD… ini sapa sih? tahu nomor ini dari sapa?
Q : aku Adit (tentu aja aku nggak bakalan nyebutin nama asliku. Lagian juga dia nggak kenal aku). Aku baca iklanmu di koran…
L : ooo, kamu di mana?
Q : di Jakarta (sekali lagi aku berdusta, dengan harapan Lilis tertarik berbicara denganku)
L : Jakarta mana?
Q : Manggarai (tentu ini juga boongan)
L : oya, aku juga di Manggarai.
Q : Masak sih, berarti kita dekat nih? eh umurmu berapa?
L : 34, stw gitu lah. tapi serviceku memuaskan (ah, aku belum menanyakan masalah ini. dia sudah menjawabnya)
Q : memuaskan gimana?
L : bisa mandi kucing, oral, pokoknya puas deh! tarifnya juga cuma 250 ribu.
Q : X@#?VBX
Dari lima nomor telepon yang aku coba hubungi, tiga nomor bernada aktif. Sementara dua lainnya hanya menunjukkan nada sibuk. Setiap yang aku hubungi, ujung-ujungnya selalu menawarkan esek-esek.Iklan prostitusi berkedok pijat di koran tersebut tampil full satu halaman. Tak hanya wanita yang menawarkan diri. Seorang pemasang iklan pria juga menawarkan jasa pijat dengan embel-embel kalimat iklan ‘khusus wnt kespian.’Saat ini koran juga tampanya jadi tempat mangkal alternatif para penjaja seks. Dengan menawarkan diri lewat media, penjaja seks tampaknya bisa lebih nyaman tanpa takut kena razia. Mereka juga kemungkinan lebih hemat, karena tak perlu beli make up buat modal mangkal. (qizink)

[Puisi] Entah Mengapa


ENTAH MENGAPA

entah mengapa
tiba-tiba aku muak setiap kali melihatmu
dengan wajah dingin berdiri di atas podium
sambil mengulang janji yang belum juga kau tepati

entah mengapa
tiba-tiba saja aku benci
setiap kali kau bermain operet dengan lagu
yang kau cipta dari sepanjang perjalananmu

entah mengapa
aku ingin merobek fotomu
yang bergaya di mana-mana
layaknya peragawan dengan ragam busana

entah mengapa
aku ingin melupakanmu.

banten, 2008

2008/06/26

Pengetahuan Dasar Menulis Berita


Hari ini saya liputan dibuntuti seorang mahasiswa semester IV jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dari IAIN SMą¤¹ Banten। Ia sedang magang kegiatan jurnalistik dari kampusnya। Sehari dia mengikuti saya (kecuali ke toilet)। Banyak hal yang ia tanyakan tentang jurnalistik pada saya. Ada yang bisa saya jawab, ada juga yang nggak.
Kehadiran mahasiswa ini ternyata juga memberi motivasi buat saya untuk menulis sekelumit tentang menulis berita. Tulisan ini, tentu saja hanya buat orang-orang yang baru mulai menulis berita. Bagi yang sudah jago… nggak usah dibaca juga nggak papa koq tulisan ini :


Sekilas Sejarah Jurnalitik
JURNALISTIK memiliki sejarah yang sangat panjang. Pertama kali jurnalistik hadir di jaman kekaisaran Romawi Kuno, ketika informasi harian dikirimkan dan dipasang di tempat-tempat publik untuk menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan isu negara dan berita lokal.
Pada saat itu, publikasi informasi hanya untuk kalangan terbatas, terutama para pejabat pemerintah. Pada abad 17-18, surat kabar dan majalah untuk publik diterbitkan untuk pertama kalinya di wilayah Eropa Barat, Inggris, dan Amerika Serikat. Surat kabar untuk umum ini sering mendapat tentangan dan sensor dari penguasa setempat. Iklim yang lebih baik untuk penerbitan surat kabar generasi pertama ini baru muncul pada pertengahan abad 18, ketika beberapa negara, semisal Swedia dan AS, mengesahkan undang-undang kebebasan pers.
Industri surat kabar makin meluas ketika budaya membaca di masyarakat semakin meluas. Terlebih ketika memasuki masa Revolusi Industri, di mana industri surat kabar diuntungkan dengan adanya mesin cetak tenaga uap, yang bisa menggenjot oplah untuk memenuhi permintaan publik akan berita.
BAGAIMANA dengan di Indonesia? Tokoh pers nasional, Soebagijo Ilham Notodidjojo dalam bukunya “PWI di Arena Masa” ( 1998 ) menulis, Tirtohadisoerjo atau Raden Djokomono (1875-1918), pendiri mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang jadi harian, sebagai pemrakarsa pers nasional. Artinya, dialah yang pertama kali mendirikan penerbitan yang dimodali modal nasional dan pemimpinnya orang Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, pers Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Salah satu fasilitas yang pertama kali direbut pada masa awal kemerdekaan adalah fasilitas percetakan milik perusahaan koran Jepang seperti Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja (Bandung), dan Sinar Baroe (Semarang) (”Pikiran Rakyat”, 23 Agustus 2004).
Kondisi pers Indonesia semakin menguat pada akhir 1945 dengan terbitnya beberapa koran yang mempropagandakan kemerdekaan Indonesia seperti, Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), dan The Voice of Free Indonesia.
Seperti juga di belahan dunia lain, pers Indonesia diwarnai dengan aksi pembungkaman hingga pembredelan. Pembredelan pertama sejak kemerdekaan terjadi pada akhir 1940-an. Tercatat beberapa koran dari pihak Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dianggap berhaluan kiri seperti Patriot, Buruh, dan Suara Ibu Kota dibredel pemerintah. Sebaliknya, pihak FDR membalas dengan membungkam koran Api Rakjat yang menyuarakan kepentingan Front Nasional. Sementara itu pihak militer pun telah memberedel Suara Rakjat dengan alasan terlalu banyak mengkritik pihaknya.

Peran Pers
Banyak kalangan menyatakan bahwa pers kini telah bebas merdeka. Pada kenyataannya, di lapangan masih banyak wartawan dan fotografer mengalami intimidasi dari berbagai pihak, bahkan hingga penyiksaan fisik, padahal mereka telah menunjukkan kartu identitasnya sekali pun.
Di negara antidemokrasi, pers kerap dianggap sebagai musuh. Laporan pers dianggap berpotensi menjatuhkan pemerintah. Malah ada pemeo “mata pena lebih tajam dari pedang” atau ucapan Napoleon Bonaparte yang mengatakan “pena lebih berbahaya ketimbang peluru”.
Pers sebagai bagian dari kekuasaan memang bisa memiliki beberapa fungsi. Mulai dari menarik dan mengarahkan perhatian, membujuk pendapat dan anggapan, memengaruhi pilihan sikap, memberi status legitimasi, hingga mendefinisikan dan membentuk persepsi atas sebuah realitas. Praktek junalisme pernyataan yang lebih merupakan kutipan atas pernyataan seorang tokoh atau pejabat dan counter pakar atas suatu pernyataan pada hakekatnya telah menyulap news paper menjadi views paper. Artinya, media lebih memberitakan tentang persepsi atau pikiran ketimbang menghadirkan kenyataan sosiologis. Sebuah berita direkonstruksi berdasar ucapan dan pikiran para narasumber.
Di Indonesia, kerap kali pers dibingkai dalam bahasa jargon. Ada banyak sebutan terhadap pers. Mulai dari “pers perjuangan”, “pers pembangunan”, “pers yang bebas tapi bertanggungjawab”, “pers Pancasila”. Orang kerap lupa pada fungsi sebenarnya bahwa pers tak lebih dan tak kurang adalah pers; sebuah media yang punya fungsi sosial. Demikian pula wartawan tak lebih adalah wartawan, seseorang yang tugasnya meliput sebuah kejadian. Tak lebih tak kurang.
Dengan demikian, saya pikir terlalu berlebihan sebutan atau kiasan yang menggambarkan wartawan sebagai seekor “binatang” yang menggigit, apalagi menghisap darah, seperti yang tergambar lewat penyebutan “nyamuk pers” atau “anjing penjaga” (watchdog). Sama berlebihannya dengan menggambarkan pers sebagai sebuah pilar demokrasi.

MENULIS BERITA
Sebelum menulis berita, seorang wartawan/jurnalis terlebih dahulu mesti melakukan pengumpulan data untuk bahan tulisan. Ada tiga hal penting tentang cara mengumpulkan data untuk kepentingan penerbitan pers atau tugas-tugas jurnalistik, yakni reportase (investigasi, observasi ke lapangan, dsb), wawancara dan riset kepustakaan.
Setelah semua data terkumpul, sebenarnya kita bisa langsung mengetikannya. Namun para pemula kadang kebingungan dalam menghadapi setumpuk data. Akhirnya mereka mengeluh : “Bagaimana menulisnya.”, “Apa dulu yang akan kita tulis.”, dsb.
(Nggak Usah bingung! Santai Aja Gitu Loh!)
Periksa dulu rencana awal (kalau Anda reporter biasanya ada lembar penugasan/proyeksi). Pada perencanaan awal itu tentu sudah ditentukan, data yang Anda cari itu untuk rubrik apa, fokus ceritanya apa, lalu angle/point of view (sudut pandangnya) ke mana. Lalu cocokkan dengan data yang Anda peroleh. Apakah sudah terkumpulkan semuanya? Kalau belum, cari yang kurang. Kalau pas, siap-siaplah ditulis.
Mengolah Data Setelah ditentukan angle baru atau data itu memang pas dengan perencanaan, langkah selanjutnya adalah membedah data. Mana yang relevan untuk tulisan yang akan digarap dan mana yang tidak. Jangan segan-segan membuang data yang tidak perlu, walau tadinya dicari dengan penuh gesit dan susah payah. Dalam proses menyiangi ini akan terlihat apakah reportase dilengkapi dengan wawancara khusus yang merupakan bagian tersendiri, atau wawancara itu dimasukkan dalam bagian reportase, artinya menyatu dengan tulisan induk. Juga terlihat, apakah tulisan itu perlu didukung oleh grafik atau tabel untuk lebih menjelaskan pada pembaca. Ini mempengaruhi cara Anda menulis berita itu.


(Sekadar buat diingat ketika menulis berita!)

1. Beri porsi lebih buat ‘tokoh utama’ dibandingkan para ‘figuran’.
Misal: Ada data seperti ini : Ratusan Pelajar MAN 2 Serang protes tentang peredaran togel di Banten. Pemimpin pelajar (misal ketua OSIS) dan aktivitasnya adalah tokoh utama. Sedangkan ratusan pelajar lainnya adalah figuran.
Ketika menulis berita, kita tidak usah menuliskan kutipan seluruh pelajar yang protes, cukup pemimpinnya saja, atau pendampingnya yang vokal saja. Sedangkan puluhan lainnya cukup disebut jumlahnya dan asalnya. Tidak perlu deskripsi lengkap: nama-nama mereka, usianya, deskripsi tubuhnya, apalagi nama pacar dan neneknya. (emangnya koran buat pamer nama!).

2. Pergunakan data sesuai dengan kebutuhan berita itu. Misalnya soal-soal detail. Tak semua detail itu penting.
Contoh : Tidak ada gunanya menulis berita ‘Sebanyak 2.751 siswa SMA Se-Banten menggelar aksi besar-besaran, menentang peredaran VCD Porno di Banten’. Karena Berita seperti itu cukup ditulis ‘Ribuan pelajar SMA Se-Banten menggelar aksi…,”
Tetapi untuk hal tertentu, detail penting. Misalnya, pertandingan sepakbola. ”Gol terjadi pada menit ke 43”. Ini tak bisa disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main. Menit ke 43 sangat penting artinya dibandingkan menit ke 30, misalnya. Atau tulisan begini: ”Pelari itu mencapai finish dengan waktu 10.51 detik.” Ini penting sekali bagi pembaca. Mereka akan marah kalau detail itu misalnya ditulis ‘Pelari itu mencapai finish dengan waktu sekitar 11 menit.’

3. Jangan Menjubelkan Detail
Ada kalanya data itu penting semua. Apalagi ini menyangkut deskripsi seorang tokoh yang mau ditonjolkan, misalnya. Kalau itu memang diperlukan, jangan memperlakukan data itu semaunya, ditumpahkan dalam satu kalimat. Akan lebih baik kalau data itu disebar dalam beberapa kalimat.
Contoh: Ada seorang bintang film ganteng bernama Qizink (lumayan bisa narsis nih). Sejak SD ia selalu juara kelas. Pacarnya calon dokter. Punya 3 adik. Anda sudah melakukan reportase di rumah Qizink dan sudah mendapatkan data-data yang banyak sekali.
Lalu Anda menulis beritanya begini: ‘Qizink, foto model ganteng, sejak SD selalu jadi juara kelas, umurnya 21 tahun, adiknya tiga, pacarnya calon dokter, dan ia sudah berhasil menyekolahkan adiknya sampai menjadi dokter, mendapat penghargaan dari MAN 2 Award.’
Tulisan kalimat itu tidak ada yang salah. Namun, kalimat seperti itu membuat capek pembaca. Dan itu bukan bahasa jurnalistik, apalagi jurnalistik model sekarang ini yang sering disebut sebagai jurnalistik baru. Anda haru memecah-mecah data itu misalnya seperti ini:
ANYER – Qizink (21), mendapat penghargaan dari MAN 2 Award, pada Festival Film Modern (FFM), di Hotel Marbella, Anyer, Sabtu (22/2). Bintang film berwajah ganteng itu terharu ketika menerima penghargaan dari Christine Hakim, Panitia FFM. Apalagi saat Oneng Sureneng, kekasihnya juga ikut menyaksikan pemberian penghargaan untuk kategori aktor terbaik itu.
“Saya tak pernah mimpi mendapatkan penghargaan ini,” kata Qizink, selebritis yang sejak SD selalu juara kelas itu.

4. Perlu Juga Bikin Out-Line
Membuat out-line sangat perlu agar menggampangkan Anda mengolah data. Apalagi kalau berita yang Anda rancang itu berita panjang atau sejenis laporan utama. Apalagi kalau wartawan yang dilibatkan dalam pemberitaan ini tidak satu orang, tetapi banyak. Banyak data yang akan masuk, banyak informasi yang datang. Out line akan membantu karena ia mengatur lalu-lintas informasi, membagi permasalahan. Dalam menuliskan berita Anda tinggal mengikuti out line itu. (*)

Selamat Menulis Berita!

2008/06/13

Biaya Pendidikan Bermasalah



Biaya pendidikan yang digelontorkan ke sekolah, baik yang dari pemerintah pusat maupun daerah rentan masalah. Pusat Telaah Informasi Regional (Pattiro) Serang dalam penelitiannya menemukan sejumlah permasalahan dalam tujuh biaya pendidikan yang disalurkan ke sekolah, yakni dana alokasi khusus (DAK), dana dekonsentrasi, block grant, rehab sekolah dari APBD, bantuan operasional (BOS), BOS Buku, dan BOS Pendamping.

Citra Haryati, Tim Survey Pattiro, menyebutkan masalah umum yang dialami di antaranya ketidaksesuaian alokasi dengan kebutuhan utama sekolah dan ada kebocoran dalam alokasi. “Karena banyaknya proposal pengajuan sementara anggaran terbatas, maka muncul lobi proposal dan uang terima kasih pada saat pengalokasian. Masalah ini banyak ditemukan untuk biaya pendidikan jenis investasi, misalnya untuk rehab sekolah,” terang Citra, pada seminar daerah bertajuk ‘Efektivitas dan Akuntabilitas Pembiayaan Pelayanan Pendidikan’, di Hotel Le Dian, Selasa (10/6).

Citra menambahkan, dari sisi penyaluran, permasalahan yang sering muncul adalah masalah keterlambatan penyaluran, penyimpangan dari aturan, dan kebocoran anggaran. Sementara dari sisi penggunaan, lanjut Citra, ditemukan potongan dana di luar aturan, belanja yang tak sesuai peruntukan, dan ketidakwajaran hasil belanja dibandingkan harga yang dikeluarkan. “Potongan dana di luar aturan kita temukan karena ada oknum-oknum yang meminta jatah. Bahkan jumlahnya ada yang fantastis, misalnya kita temukan sampai Rp 800 ribu,” ujarnya.

Dari sisi pelaporan, Pattiro juga menemukan sejumlah permasalahan. Citra mengungkapkan, hampir 80 persen laporan biaya pendidikan tidak sesuai dengan belanja sebenarnya, rendahnya transparansi di tingkat internal, hingga muncul kebocoran anggaran pada saat pelaporan. “Dalam pelaporan kita sampai menemukan sekolah yang memiliki lebih dari dua macam laporan untuk satu kegiatan,” ungkapnya.

Menyikapi kondisi ini, Citra menegaskan, masalah anggaran pendidikan tidak hanya pada besarannya saja tapi pada efektivitas dan akuntabilitas penggunaannya. “Pemenuhan anggaran 20 persen memang penting, tapi kita melihat seberapa efektifkah penggunaan anggaran. Karena anggaran yang besar tidak menjamin kualitas,” ujarnya.

Diinformasikan, penelitian ini dilakukan Pattiro dengan menggunakan metode multiple random sampling dengan jumlah sampel 20 sekolah di Kabupaten/Kota Serang, sejak Februari hingga Juni 2008. Metode pengambilan data menggunakan kuisioner dan wawancara mendalam.

Sementara itu, Anwar Arifin, anggota Komisi X DPR RI menyebutkan, dana pendidikan pada APBN 2007 sudah mencapai Rp 145,9 triliun atau sekitar 19,1 persen dari total APBN. “Namun perlu dicatat, Depdiknas dan Depag belum memiliki program jelas, tepat sasaran, dan tepat waktu dalam penggunaan anggaran. Makanya DPR, Bappenas, dan Departemen Keuangan belum bersemangat untuk mengalokasikan anggaran pendidikan yang lebih besar lagi,” ungkapnya. (qizink)

2008/06/04

Warga Kota Serang Rebutan Hujan Duit

Ratusan warga Kota Serang dan sekitarnya berebut ‘hujan duit’ yang disebarkan melalui sebuah pesawat terbang di lapangan Baladika Koppasus, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Minggu (1/6) sekira pukul 09.30. Hujan uang ini diberikan Tung Desem Waringin yang sedang launching buku motivatornya. Dalam kesempatan ini Tung membagikan jutaan rupiah uang pecahan Rp 1.000 dan beberapa lembar tiket senilai Rp 4,9 juta untuk mengikuti seminar Marketing Revolutions yang akan diselenggarakan Tung Desem Waringin.

Kegiatan ini disambut warga dengan cukup antusias. Sejumlah warga tersenyum sumringah mendapatkan beberapa lembar uang kertas tersebut. Namun tak sedikit pula warga yang harus pulang dengan tangan hampa karena tak mendapatkan selembar uang pun.

Jumaenah, warga Kampung Gurugui, Desa Lialang, Kecamatan Taktakan, harus menelan kekecewaan karena tak mendapatkan sepeser pun uang. “Padahal saya sudah menunggu sejak pagi. Tapi pas uangnya disawer, anak saya malah nangis, jadinya nggak bisa ikut rebutan,” ujar Jumaenah.

Kekecewaan juga dialami seorang pria yang cuma mendapatkan selembar tiket seminar. Walau nilainya cukup besar mencapai Rp 4,9 juta, namun ia merasa tak membutuhkan tiket tersebut. “Mending dapet duit, daripada cuma dapet tiket seminar,” ungkap pria bercelana pendek tersebut.

Mahdi, punya nasib lebih baik. Ia beruntung mendapatkan beberapa lembar rupiah. Walau belum sempat dihitungnya, ia bersyukur mendapatkan rezeki nomplok tersebut. “Lumayan buat beli beras,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam kegiatan yang berlangsung singkat ini, sejumlah warga tampak luka-luka bahkan seorang bocah terpaksa harus dibawa ke Klinik Baladika karena jatuh pingsan saat berebut uang. (qizink)



2008/06/01

Download Gratis e-Book Best Seller


La Tahzan (Bahasa Indonesia). download
Ayat-Ayat Cinta Habiburrahman El Shirozy. download
Laskar Pelangi Andrea Hirata. download
Harry Potter 5 Harry Potter and the Order of Phoenix (Bahasa Indonesia). download
Harry Potter 7 Harry Potter and the Deathly Hallows (bahasa Indonesia). download
The Da Vinci Code Dan Brown (Bahasa Indonesia). download

ANTI VIRUS
PC MAV 1.3 (1.7 mb). download
PC MAV 1.3 build up 3. download
AVG 75 Free Edition. download

E-BOOK
Pelajaran Bahasa Arab. download
Ilmu Tajwid. download
Kumpulan Do’a dan Dzikir. download
Panduan Mendaftar Google Adsense. download