IMAGINE FROM LENNON
pagipagi sekali
kulihat di layar kaca
seorang bocah dengan perban penuh darah
di kepala
Bara!
untuk apa?
bila desing peluru
tak sanggup menunggu
deru bocah merindu
28 maret 2003
KENAPA MESTI ADA PERANG
seorang bocah berwajah resah
meraup darah membuncah
dari tubuh ayah
pada subuh yang indah
kenapa mesti ada tentara
kenapa mesti ada senjata
kenapa mesti ada perang
di tanah kami yang gersang
lihatlah, di langit sana
lima puluh bintang mengangkang
memuntahkan bolabola api
ke tengah negeri kami
seorang bocah di tanah bashrah
memunguti percikpercik darah
dan telinganya mungkin kelak akan terbiasa
mendengar peluru beradu
Anyer, 20 Maret 2003
CERITA TENTANG SEORANG KOBOI AMERIKA
ini ceritera tentang seorang koboi amerika
ia pingin nunggang unta padang sahara
pura-pura jadi nabi
bawa kitab suci demokrasi
yang telah berulang kali ia beraki sendiri
lalu diutusnya seribu perwira
untuk menangkap si penggembala
tapi mereka lebih suka
berenang di ladang minyak samudera
aha!
rakyat tak bisa didusta
mereka tahu koboi bawa senjata
rakyat tahu mana surga mana neraka
waspada! ada koboi dari amerika
tanah damai, 28032003
2003/10/03
[Puisi] Ah
AH,
mayatmayat telah diserahserakkan kerandakeranda telah diusung doadoa telah dialamatkan mantramantra telah dibacakan orangorang telah dibatubutakan
didepan pintunya sejenak kita menengok apakah jubah tuhan telah dicuri, sedang bersendawa bersama bidadari atau tuhan memang sudah mati
ah,
kita tak pernah diberi tahu untuk apa sebuah kemenangan diperjuangkan
Cilegon, 13 Mei 2003
mayatmayat telah diserahserakkan kerandakeranda telah diusung doadoa telah dialamatkan mantramantra telah dibacakan orangorang telah dibatubutakan
didepan pintunya sejenak kita menengok apakah jubah tuhan telah dicuri, sedang bersendawa bersama bidadari atau tuhan memang sudah mati
ah,
kita tak pernah diberi tahu untuk apa sebuah kemenangan diperjuangkan
Cilegon, 13 Mei 2003
2003/03/02
[Puisi] Sealif
SEALIF
sealif rindu
tegak sembahyangku
sealif rindu
satu cintaku
sealif rindu
padaMu
Cilegon, 18 Januari 2003
sealif rindu
tegak sembahyangku
sealif rindu
satu cintaku
sealif rindu
padaMu
Cilegon, 18 Januari 2003
2003/02/23
2003/02/22
[Puisi] Ini Bukan Puisi
Ini Bukan Puisi
:TSP
kudengar suaramu gema, dalam nyanyi sunyi sukma.
ada meresah, pada daun kering merekah.
ada cinta, pada guguran kata.
"ini bukan puisi"
katamu dari pojok warung nasi gudeg lesehan marlioboro yang mulai malam ditinggal para seniman.
:sabarlah
si mbok sedang menyeduh air, wedang jahe yang selalu kita rindukan, kita reguk bersama di puncak merapi.
lalu kita cerita tentang edelwise yang mulai sirna
ah,
selama perjalanan ini telah kau abadikan setiap titik debu yang tertinggal di saku bajumu.
:TSP
kudengar suaramu gema, dalam nyanyi sunyi sukma.
ada meresah, pada daun kering merekah.
ada cinta, pada guguran kata.
"ini bukan puisi"
katamu dari pojok warung nasi gudeg lesehan marlioboro yang mulai malam ditinggal para seniman.
:sabarlah
si mbok sedang menyeduh air, wedang jahe yang selalu kita rindukan, kita reguk bersama di puncak merapi.
lalu kita cerita tentang edelwise yang mulai sirna
ah,
selama perjalanan ini telah kau abadikan setiap titik debu yang tertinggal di saku bajumu.
[Puisi] Lalu Waktu
LALU WAKTU
jarum itu selalu sama berputarputar dengan bunyi yang pula sama TAK! menjemukan
aku ingin nada beda TIK! misalkan
lalu waktu bersemedi dan mati
Anyer, 12 02 03
jarum itu selalu sama berputarputar dengan bunyi yang pula sama TAK! menjemukan
aku ingin nada beda TIK! misalkan
lalu waktu bersemedi dan mati
Anyer, 12 02 03
[Puisi] Kwatrin Musim
KWATRIN MUSIM
:Riena
[1]
kita tak perlu lagi membaca
dusta ramalan cuaca
sebab waktu pun meragu
tak lagi tentu ditunggu
[2]
pohon-pohon meresah
pada hujan mendarah
burung-burung gelisah
pada kemarau sejarah
[3]
bulan dikafani lembar penanggalan
bintang-bintang bertebaran dijalanan
langit kelabu menampung airmata
kita mati mencari cinta
[4]
yang tersisa hanya wangi melati
perlahan susup di hati
seteguk air
sesejuk desir
Anyer, 20 01 03
:Riena
[1]
kita tak perlu lagi membaca
dusta ramalan cuaca
sebab waktu pun meragu
tak lagi tentu ditunggu
[2]
pohon-pohon meresah
pada hujan mendarah
burung-burung gelisah
pada kemarau sejarah
[3]
bulan dikafani lembar penanggalan
bintang-bintang bertebaran dijalanan
langit kelabu menampung airmata
kita mati mencari cinta
[4]
yang tersisa hanya wangi melati
perlahan susup di hati
seteguk air
sesejuk desir
Anyer, 20 01 03
2003/02/18
[Puisi] Kabar Kematian
KABAR KEMATIAN
seperti hantu, tiktak waktu bergerak cepat bawa kabar kematian
kabel telepon, sela sinetron, bising desing senjata di seluruh semesta
di pojok kota bocah kecil kurus tanpa kata
menghapus jejak moyangnya dari buku cerita
lapuk diulang dibaca
tanah-tanah lapang nan gersang
lahap menyantap mayat gelimpang
burung-burung murung menapak lembah
menjemput mimpi tanpa arah
Anyer, 290103
LAMPU KOTA
separuh lagi
bulan akan pergi
tapilampu-lampu kota
menampakan wajah puisi
sesat di rimba basi
arak-arakan orang pedalaman
kunang-kunang malam
tak pergi setia mencumbu sampai pagi
Anyer, 290103
seperti hantu, tiktak waktu bergerak cepat bawa kabar kematian
kabel telepon, sela sinetron, bising desing senjata di seluruh semesta
di pojok kota bocah kecil kurus tanpa kata
menghapus jejak moyangnya dari buku cerita
lapuk diulang dibaca
tanah-tanah lapang nan gersang
lahap menyantap mayat gelimpang
burung-burung murung menapak lembah
menjemput mimpi tanpa arah
Anyer, 290103
LAMPU KOTA
separuh lagi
bulan akan pergi
tapilampu-lampu kota
menampakan wajah puisi
sesat di rimba basi
arak-arakan orang pedalaman
kunang-kunang malam
tak pergi setia mencumbu sampai pagi
Anyer, 290103
2003/01/20
[Puisi] Lailatul Qodr
Lailatul Qodr
Sajak Qizink La Aziva
Inilah malam yang Tuhan janjikan
Lebih bermakna seribu bulan
bulir-bulir putih, memilih insan putih hati. Yang mengerti langkah tak sepanjang sajadah.
Di langit,
kerlip bintang berganti riang
iringi Jibril turun ke bumi.
Angin basa enggan berhembus
Mengheningkan malam hening
hingga fajar tiba
Anyer, 07 Des 01
Soneta
Sajak
Sajak Qizink La Aziva
Inilah malam yang Tuhan janjikan
Lebih bermakna seribu bulan
bulir-bulir putih, memilih insan putih hati. Yang mengerti langkah tak sepanjang sajadah.
Di langit,
kerlip bintang berganti riang
iringi Jibril turun ke bumi.
Angin basa enggan berhembus
Mengheningkan malam hening
hingga fajar tiba
Anyer, 07 Des 01
Soneta
Sajak
Subscribe to:
Posts (Atom)